1:09 PM
Edit This
My life is as sweet as marshmallow, but a bit fragile at all
Grade 11 ini yang membuat aku mengenal seseorang yang sangat baik. Seseorang yang bisa buat aku selalu tersenyum dan semangat melalui hari-hariku. Dia lebih muda, tapi kadang dia lebih dewasa dariku.
Awalnya aku sama sekali nggak kenal dia, cukup tau tapi nggak kenal deket, apalagi dia beda kelas. Sampai suatu malam tiba-tiba dia SMS aku duluan, tanya kabarku, sedang apa, apa yang aku tonton etc :P. Hmm aku ini dulu orangnya cukup cuek, suka nggak nyadar sama perhatian orang. Dan biasanya baru nyadar pas udah telat dan pas orang itu udah pergi, aku baru sadar aku kehilangan dia.
Benar-benar nggak ada yang tau kedekatan kami, soalnya aku malas kena gosip, bahkan teman dekatku juga nggak tahu, kami berkomunikasi lewat SMS. Saling menertawakan, mengejek dan mensupport. Dia tipe pemalu, aku tahu itu, tipe nggak pede. Dia jenius, sangat jenius, salah satu peserta lomba olimpiade. Tapi dia terancam nggak naik kelas hanya karena nilai biologi. Hahahaha,,,,,
25-26 November 2005
Saat pemantapan pramuka di gunung Merapi, malam hari saat acara evaluasi, dia duduk di sebelahku, and for the first time, he holds my hand, my finger and I feel so warm beside him.
Welcome to my paradise,,,,
12:51 PM
Edit This
Grade 11 merupakan masa-masa yang menyenangkan buatku. Teman-teman di unit Theresia dan di kelas begitu menyenangkan, semakin membuat motivasiku untuk rajin belajar bertambah. Di sinilah rasanya dunia benar-benar menjadi milikku. Nama kelas kami Extravaganza, maksa banget sih, tapi itu singkatan dari exact two irasional nggateli asik asik aza.
Aku punya banyak sekali alasan untuk tertawa di Grade 11 ini. Aku punya teman-teman dekat, kami bersaing secara sehat masalah nilai, saling mengejek tapi ejekan positif. Bertaruh nilai untuk seporsi pizza hut dan lolipop pun sering kami lakukan. Nilai-nilaiku meningkat tajam seperti roket. Bahkan saat penerimaan rapor tengah semester, diprediksi hanya 12 anak yang naik kelas dari 1 kelas yang berisi sekitar 30 anak (di VL urusan nilai sangat ketat, standarnya pun tinggi tapi kami tetap santai) dan aku termasuk dalam 12 anak itu.
Di sini pertama kali aku mewakili sekolahku untuk mengikuti perlombaan Bahasa Inggris. Salah satunya adalah yang diadakan oleh Universitas Sanata Dharma. Tema yang diberikan saat itu adalah "Give Action to Your Nation". Pada saat technical meeting, diberikan clue bahwa tema penulisan akan berkisar mengenai sport. Siang malam aku mempersiapkan dengan baik. Media kami hanya The Jakarta Post yang selalu tersedia di perpustakaan sekolah. Aku membaca banyak banyak untuk mendapat berbagai pengetahuan.
Saat itu teman-temanku yang mengikuti lomba antara lain:
Speech Contest: Emilia Ajeng dan Theodorus Albertus
Story Telling: Damas Pradigdo
Writing Contest: Hilarius Prin, Aku dan Samuel Kharis
Debating: Dion Tengker, Daniel Setiawan dan lupa
Selama contest kami tidak diijinkan mempergunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa conversation di dalam kampus, dan itu semua melatih pronounciation kami. Honestly, aku kaget saat beberapa alternatif judul diberikan, antara lain mengenai corruption, student attitude towards drugs dan limbah. Jujur persiapanku hanya mengenai sport, soccer, basketball, etc. Akhirnya aku ambil tema kedua, Student Attitude Towards Drugs.
Saat contest berakhir, aku sangat pesimis akan masuk final round, karena ternyata isi tulisanku sedikit melenceng dari topik. Aku benar-benar kecewa sama diriku karena salah memahami tema. Tapi ternyata SMS dari Prin sore hari menyatakan kalau all of us join the final round, kecuali tim debate. Bahkan aku menempati third rank, rasanya nggak percaya. Malam itu juga kami harus mempersiapkan diri lagi untuk final round keesokan harinya.
Hasil di final round sangat mengecewakan, aku hanya ada di fourth rank, bayangkan, bahkan kata panitia selisih nilaiku sangat sedikit. Kecewa, but it's life,,,kita nggak mungkin selalu diatas.
4:15 PM
Edit This
Banyak yang bisa diceritain tentang masa masa SMP ku, tapi aku ingin menceritakan tentang masa SMA ku. Masa-masa kelas X nggak bisa dibilang menyenangkan. Sesudah melewati masa OSRAM (Orientasi Sahabat dan Asrama) yang menurutku cukup mengerikan, pembagian kelas baru dimulai. Aku merasa sangat asing di lingkungan yang benar-benar baru. Sekolahku bagus, modern, penuh dengan fasilitas dan pendamping (sebutan untuk teacher) yang profesional, tapi aku nggak banyak mengenal anak-anak disana. Cuma 2 anak yang berasal dari kota yang sama denganku, dan mereka semua ASPA (sebutan untuk anak cowok), jadi di ASPI (sebutan untuk anak cewek), aku benar-benar harus beradaptasi. Pertama masuk, aku langsung dekat dengan anak cewek, chinese, dari Tasik, namanya Susan Maria. Dia bener-bener temen yang baik, ngertiin aku banget.
Kelas X aku cukup disebelin banyak anak, udah manja, egois, dikit-dikit homesick, tapi biasanya kalo udah homesick, kami nangis bareng-bareng satu unit (satu unit ada 20 anak), gampang desperate, terutama karena disini aku mendapat nilai 50 dari skala 100 untuk pertama kalinya. Sangat sulit buatku untuk beradaptasi, terutama sebulan pertama pada masa-masa karantina (selama sebulan kami tidak boleh menghubungi orang tua, baik melalui telepon, surat dan sebagainya, kalo ketahuan, sanksi berat menanti kami.), bayangkan, aku yang tinggal di rumah dengan semua hal untukku sendiri, di sana aku harus berbagi kamar mandi, berbagi barang-barang, cuma punya 1 lemari baju, dan 1 loker buku. Sedangkan barang-barangku sangat banyaaaaakkkk, terutama baju-bajuku. Tiap suster keliling/patroli, selalu saja ada barang-barangku yang kena sita karena nggak berada pada tempatnya. Tiap suster memeriksa loker, sewaktu dibuka, buku-buku dan segala isinya segera berjatuhan seperti gempa bumi. Aku ingin sekali tertawa waktu suster kejatuhan buku-buku yang super berantakan itu, tapi takut kena hukum. Hahaha.
Sistem penataan loker dan lemari ku sangat buruk, kalau memasukkan barang, aku buka sedikit pintunya, aku paksa masuk buku-buku dan tutup cepat-cepat, sehingga bisa dipastikan begitu dibuka semua itu akan berjatuhan. Hahahaha.
Masa-masa MOS lebih mengerikan, tiap malam kami deg-degan menunggu giliran siapa yang akan dipanggil senior. Waktu itu aku sangat penakut, nggak senyolot sekarang mungkin ya. Tapi sifat pemberontak sudah muncul di otakku. Saat malam kami harus berkeliling mencari tanda tangan sebanyak banyaknya, aku dan beberapa temanku tidur di unit (Peace, hahaha). Tapi akhirnya aku dapat satu tugas yang lumayan mengerikan, disuruh buat surat keterangan hamil 3 bulan dan disuruh baca di depan salah satu senior cowok, OMG, what a shame, tapi untung tuh senior baik abis, hahaha.
Suatu malam, seorang senior yang sangat cantik, tapi kami anggap dia sangat judes, menyampaikan ke temanku, kalau 3 anak bernama Lia dipanggil ke unitnya. Gilaaaa, deg-degan abis, udah ngebayangin apa kata-kata terakhir yang harus kami ucapin sebelum kami menghadap Tuhan, hahaha *lebay*.
Di sana ada salah seorang senior yang ngomong, tapi nggak nampakin mukanya dan kami disuruh nebak siapa dia. (Poor me, aku itu lemah banget dalam hal mengingat muka orang kalau nggak kenalan secara langsung). Mana aku tau, kami diem aja. Diem kami itu membuat senior makin semangat membentak kami. Bayangin, kelas X, baru masuk, dipanggil ke unit senior, ber 3 ngadepin lebih dari 20 orang yang memandang sangar ke kami.
Trus kami ditanya-tanya, hobi apa, apalah, pas temanku ga bisa jawab saking takutnya, aku ngasal aja ngejawab buat dia. Nggak kusangka, temanku malah kena damprat ini senior, waduh, aku nggak enak banget, gara2 aku dia yang kena omel. Pulang ke unit, temanku nangis abis-abisan, malemnya beberapa senior ini dateng dan ngejelasin masalahnya dan minta maaf ke kita.
Huff ini cuma sebagian kecil, tapi masa-masa kelas X buatku paling mengerikan lah, hidup dalam ketakutan,,,
3:41 PM
Edit This
Sebagai anak tunggal, terkadang orangtuaku memperlakukan aku secara berlebihan, terutama Papi. Dari kecil, pantangan-pantangan seperti ini sangat sering kudengar:
"nggak boleh minum es kalau lagi batuk"
"nggak boleh makan es krim"
"pulang sekolah harus langsung pulang"
"kalo maen ama temen harus kasih tau, kemana, sama siapa dan pulang jam berapa"
"nggak boleh nyeberang jalan sendiri
Tapi satu hal yang aku suka dari Mami, untuk hal-hal seperti ini, Mami lebih fleksibel. Kalau aku lagi flu, tiap Papi kerja, Mami selalu kasih aku es krim, karena dia tau betapa tersiksanya aku tanpa es krim. Aku sangat suka es krim, es krim apapun, dari yg murah, seribu perak sampai yang seporsi puluhan ribu, aku udah coba. Bahkan sampai sekarang, kalau diajak teman makan keluar, kadang aku lebih pilih es krim daripada nasi.
Aku tersiksa dengan keadaan ini, aku nggak pernah pilih dilahirkan sebagai anak tunggal. Aku tau Papi sayang aku, tapi aku bener-bener nggak tahan dengan semua ini. Aku tahu, fisikku lemah, tapi aku nggak pengen diperlakukan sebagai orang sakit. Aku pengen main ke rumah temen, tanpa harus liat jam, tanpa harus khawatir keasikan main ku terganggu karena Papi sudah jemput aku. Bahkan pernah aku ingin sekali berenang (Berenang adalah salah satu olahraga favoritku), Papi melarang, aku memaksa dan akhirnya aku harus menerima satu tamparan di pipi.
Aku tumbuh jadi anak yang introvert di SD, aku hanya menghabiskan waktu untuk belajar dan belajar, prestasiku amat sangat memuaskan, nggak pernah keluar dari 3 besar, mengikuti olimpiade matematika, juara lomba aritmatika, mewakili untuk demo demo pelajaran dan lain sebagainya, tapi aku nggak pernah nyaman dengan semua itu. Dan yang kalian tahu, minatku cuma terhadap Bahasa Inggris. Aku mencintai Inggris dari kecil, bahkan aku nggak tahu kenapa. Waktu SD aku nggak pernah ikut les apapun kecuali Inggris. Aku nggak pernah mau les pelajaran, diem di kelas cuman membuatku ngantuk, apalagi guru-guru les itu menyebalkan. Menyita waktu tidur siang aja. Kelas 6 SD aku sudah mempelajari TOEFL, grammar dan sebagainya. Kelas 6 SD masa-masa kejayaanku, aku punya banyak sekali teman, dan aku mulai boleh bermain-main dengan mereka. Maggie, Liza, Jonathan, Steven, Romy, Roby, Ali, ugh banyak deh,,,
to be continued
12:14 PM
Edit This
Aku ingin bercerita sedikit tentang masa laluku. Sewaktu menikah dengan Mami, Papi tidak memiliki apapun. Miskin? mungkin, tapi Mami tidak pernah melihat itu sebagai suatu yang harus diperbesar. Pernikahan mereka sangat sederhana, bukan di tempat mewah, tapi bagi mereka saat itu yang terpenting adalah bagaimana Tuhan melihat dan mengesahkan mereka sebagai sepasang suami istri, bukan bagaimana orang melihat pernikahan mereka yang besar-besaran.
Papi anak ke 4 dari 8 bersaudara dan Mami anak terakhir dari 10 bersaudara. Jujur sampai sekarang aku nggak suka dengan saudara-saudara Papi, mereka terlalu jahat. Mereka cuma bisa mengandalkan Papi, saat mereka butuh, mereka datang dan minta uang. Mereka selalu menjelek-jelekkan Mami dan beberapa kali meminta Papi menceraikan Mami, sakit kah aku? Ya sangat sakit, bahkan rasa sakit itu terbawa sampai aku dewasa seperti saat ini. Waktu itu Papi sakit, dan harus menjalani rawat inap selama sebulan karena penyakit lever yang dideritanya. Apa yang dilakukan Mami? setiap hari Mami berangkat, pulang pergi Semarang-Kudus untuk merawat Papi. Lalu kenapa Mami nggak disana aja nungguin Papi? Karena ada aku, aku masih duduk di bangku TK. Mami nggak pernah mau aku telantar dan menitipkan aku pada pembantu atau pada saudara. Bagi Mami, pertumbuhanku lah yang terpenting.
Dulu Mami dan Papi menikah dan hanya tinggal di rumah kontrakan, dan itu berjalan selama 3 bulan. Beratkah itu? sangat berat, padahal orang tua Mami dan kakak2 Mami sangat mampu untuk membelikan rumah dan segala isinya beserta kendaraan. Tapi apa yang dilakukan Mami? memilih keluar dari rumah, walaupun hanya tinggal di rumah kontrakan, yang terpenting mereka hanya berdua, membangun kehidupan baru mereka tanpa campur tangan orang tua. Kemudian aku lahir.
Aku lahir dalam kondisi menyedihkan, fisikku sangat lemah. Berkali-kali aku keluar masuk rumah sakit. Kelahiranku sangat susah. Mami harus menderita puluhan jam. Bahkan dalam usia beberapa bulan, aku harus menerima berbagai tusukan jarum di tubuhku. Pernah saat itu Mami dan Papi tertidur saat menjagaku, dan dari kepalaku sudah mengalir darah segar karena infus yang lupa diganti.
Dalam usia sangat kecil, aku sudah berkali-kali masuk rumah sakit. Sedih rasanya aku, kenapa aku cuman bisa menyusahkan orang tuaku, punya anak sakit-sakitan. Tapi mereka selalu menyayangi aku, menerimaku apa adanya.
Kenapa mereka cuman punya aku? bukan karena Mami terlalu takut untuk merasakan hamil dan proses melahirkan yang menyakitkan, tapi karena Tuhan tidak memberinya. Mami tidak bisa lagi mengandung setelah aku lahir.
to be continued,,,
11:19 PM
Edit This
Cinta adalah bagaimana 2 orang saling menerima dan melengkapi. Cinta yang benar bukan banyaknya persamaan yang dapat ditemukan melainkan banyaknya perbedaan yang dapat diterima. Hal ini yang saya lihat dari kedua orang tua saya dan perbedaan-perbedaan itulah yang membuat mereka bertahan sampai sekarang.
Mami seorang yang sangat messy, dan aku sebal tiap kali melihat isi dompet atau isi tasnya yang sangat berantakan. Lembaran uang yang tidak rapi dan terlipat lipat. Setiap membeli sesuatu dengan asal saja uang kembalian diselipkan kemana-mana. Sedangkan Papi adalah seorang yang sangat neat. Dalam hal penataan rumah, Papi mempunyai sense yang sangat bagus. Papi suka meletakkan barang-barang di rak dengan sangat rapi. Dalam hal berpakaian pun Mami lebih santai, sedang Papi terlalu rapi sampai kadang aku dan Mami tertawa melihatnya, bayangkan dia pergi berlibur dengan celana panjang dan kemeja dimasukkan.
Untuk art, Papi jagonya, Papi sangat kreatif, suka memodifikasi yang kita sebut dengan sampah. Bahkan aku ingat waktu kecil, Papi lah yang rajin membuatkan potongan kertas yang harus dianyam di SD. Tanpa penggaris pun tak ada garis yang melenceng. Sedang Mami, Mami pasti langsung menyerah begitu aku membawa kertas berwarna ke hadapannya.
Di depan Papi sangat fun, tapi sebenarnya Papi pendendam, aku nggak suka itu. Aku sendiri mungkin gampang meledak, tapi untuk saat itu aja, aku nggak akan bawa dendam, dan aku nggak tegaan orangnya.
Papi suka nggak bisa bedain saat harus serius dan bercanda. Sedang aku sangat tau kapan aku harus serius, kapan aku harus bercanda, kapan aku harus bersikap sopan, kapan aku harus bersikap gokil. Aku bisa sangat marah kalau ada orang menggangguku saat aku sedang dituntut serius. Aku tau kapan aku harus bermain dengan teman-temanku, dan kapan aku harus belajar.
Aku mau hidupku selalu tenang dan bahagia tanpa rasa dendam, iri dan mengeluh.
Sebaliknya, aku nggak suka saat Mami menunda-nunda pekerjaan, sedangkan Papi selalu melakukan apa yang menjadi prioritas. Papi tau mana yang harus didahulukan, mana yang tidak.
Tapi saat Mami meledak, Papi selalu bisa meredam emosi nya, itu lah mengapa aku bilang cinta seharusnya saling melengkapi. Dan Mami sangat hormat dan menghargai Papi, apapun yang Papi bilang, Mami nggak pernah membantah. Papi dan Mami berbeda, sangat berbeda tapi itulah yang membuat mereka bertahan sampai saat ini lebih dari 20 tahun tanpa perceraian, tanpa pertengkaran. Dan satu hal yang aku kagumi dari Papi, Papi nggak pernah mengeluarkan kata-kata makian.
Dan selama ini, cowok-cowok yang dekat denganku, sangat memiliki sifat yang mendekati Papi, itulah yang membuatku sangat mencintai seseorang tanpa memandang siapa dia, tapi siapa aku saat aku berada dekatnya.
10:09 PM
Posted In
Being creative is the only way to survive
Edit This
I just bought this organizer at the local store in a mall. This is so cute, and everybody will love this.
10:07 AM
Posted In
Being creative is the only way to survive
,
Opinion and Discussion
Edit This
Indonesia should be proud because they have Agnes Monica as a diva. She is really a big asset for our country and I think that the government should provide her with good facilities so she won't leave this country to go international so everybody in the world will recognize her as 'Agnes Monica from Indonesia' not 'Britney Spears from Indonesia'. And I think everyone who always judge her, say her as a 'Britney Spears' actually they just envy her. Honestly, Agnes Monica is my only Indo fave singer since she's so multitalented, she can compose, sing and dance very well which is not so many people can do this.
I admire her so much coz she can stand on her own way. No bad gossip about her. And I think she has the same idea with me: "DO WHATEVER YOU DESIRE BECAUSE WHATEVER YOU DO THERE WILL ALWAYS SOMEONE TO JUDGE YOU"
Proud to be Agnes Monica, keep working, stay focusing and one day, everybody will keep staring at you!
The lyric of the single
Coz I could,
Eventhough I dont want to stand alone without you
I want you to have no doubt, just leave me, if thats the way things have to go
Not sure if I could erase my pain
I will always fight for our love
But what's my mistake
Till I dont deserve your seriousness
Back to Reff
Ending:
Dont you make me understand
Just smile, coz I could
p.s: Her new single can be downloaded at youtube, the title is: Karna Ku Sanggup. Or you can downloaded it
hereAnd I dunno, I can understand every meaning of her song. I always know what does the songs want to tell us about.
Hey, foreigner, see, Indonesia also has a diva, and our president, Mr Susilo Bambang Yudhoyono admires her so much. You just have to listen to her and realize that she's soooooo wonderful!
10:03 AM
Edit This
Question 1:
If you knew a woman who was pregnant, who had 8 kids already, three who were deaf, two who were blind, one mentally retarded, and she had syphilis, would you
recommend that she have an abortion?
Read the next question before looking at the answer
for this one.
Question 2:
It is time to elect a new world leader, and only your
vote counts. Here are the facts about the three
leading candidates.
Candidate A -
Associates with crooked politicians, and consults with
astrologists. He's had two Mistresses. He also chain smokes and drinks 8 to 10 martinis a day.
Candidate B -
He was kicked out of office twice, sleeps until noon,
used opium in college and drinks a quart of whiskey
every evening.
Candidate C -
He is a decorated war hero. He's a vegetarian, doesn't smoke, drinks an occasional beer and never cheated on his wife.
Which of these candidates would be your Choice?
Decide first, no peeking, then scroll down for the
answer.
Candidate A: is Franklin D. Roosevelt.
Candidate B: is Winston Churchill.
Candidate C: is Adolph Hitler.
And, by the way, the answer to the abortion question:
If you said yes, you just killed Beethoven.
Pretty interesting isn't it? Makes a person think
before judging someone.
10:01 AM
Posted In
Opinion and Discussion
Edit This
Two persons I admire the most in Indonesia are Mr Susilo Bambang Yudhoyono (our lovely president) and Agnes Monica (one of the most talented singer in Indonesia).
They just have same principal thing with me: Do whatever you desire, because whatever you do, there will always someone to judge you.
Peoples may laugh when Agnes said that she want to go international. But I believe she can do this. If peoples talk: Kamu bicara mau go international, tapi mana buktinya?
I just wanna say: Hey, please, Indonesian, everything instant is not good at all. Something perfect doesn't go instantly. Everything needs a process.
And for all of you who said Agnes Monica is strange, freaky style, arrogant, it means actually you just envy her right?
And do you know all, that Mr Susilo Bambang Yudhoyono is admiring Agnes Monica so much. Agnes Monica is always on Mr SBY first list when there are international event like Asian Song, because Mr SBY have the same idea with Agnes Monica, just like me.
And I will say, optimistically, that Indonesia will be better and better under the government of Mr Susilo Bambang Yudhoyono. People may judge him, say everything, but he will prove us. He'll be a history of Indonesia. REMEMBER: EVERYTHING PERFECT DOESN"T COMES INSTANTLY.
Peoples who are out of mainstream. Yeah that's us. Like Marcelline Yudith, Radita Liem, Michelle Gianina and Theodorus Albertus. We like to create a trend than follow a trend. Because we are the trendsetter. We always have a dream, and we never despair to pursue our dream. If we fail, we never think what make we fail, but how we can wake up anymore. And people may hate us with all of our idea, but we'll prove it, that someday, our dream will come true.