My Beautiful Past but Full of Tears (Part 1)

12:14 PM Edit This 0 Comments »
Aku ingin bercerita sedikit tentang masa laluku. Sewaktu menikah dengan Mami, Papi tidak memiliki apapun. Miskin? mungkin, tapi Mami tidak pernah melihat itu sebagai suatu yang harus diperbesar. Pernikahan mereka sangat sederhana, bukan di tempat mewah, tapi bagi mereka saat itu yang terpenting adalah bagaimana Tuhan melihat dan mengesahkan mereka sebagai sepasang suami istri, bukan bagaimana orang melihat pernikahan mereka yang besar-besaran.

Papi anak ke 4 dari 8 bersaudara dan Mami anak terakhir dari 10 bersaudara. Jujur sampai sekarang aku nggak suka dengan saudara-saudara Papi, mereka terlalu jahat. Mereka cuma bisa mengandalkan Papi, saat mereka butuh, mereka datang dan minta uang. Mereka selalu menjelek-jelekkan Mami dan beberapa kali meminta Papi menceraikan Mami, sakit kah aku? Ya sangat sakit, bahkan rasa sakit itu terbawa sampai aku dewasa seperti saat ini. Waktu itu Papi sakit, dan harus menjalani rawat inap selama sebulan karena penyakit lever yang dideritanya. Apa yang dilakukan Mami? setiap hari Mami berangkat, pulang pergi Semarang-Kudus untuk merawat Papi. Lalu kenapa Mami nggak disana aja nungguin Papi? Karena ada aku, aku masih duduk di bangku TK. Mami nggak pernah mau aku telantar dan menitipkan aku pada pembantu atau pada saudara. Bagi Mami, pertumbuhanku lah yang terpenting.

Dulu Mami dan Papi menikah dan hanya tinggal di rumah kontrakan, dan itu berjalan selama 3 bulan. Beratkah itu? sangat berat, padahal orang tua Mami dan kakak2 Mami sangat mampu untuk membelikan rumah dan segala isinya beserta kendaraan. Tapi apa yang dilakukan Mami? memilih keluar dari rumah, walaupun hanya tinggal di rumah kontrakan, yang terpenting mereka hanya berdua, membangun kehidupan baru mereka tanpa campur tangan orang tua. Kemudian aku lahir.

Aku lahir dalam kondisi menyedihkan, fisikku sangat lemah. Berkali-kali aku keluar masuk rumah sakit. Kelahiranku sangat susah. Mami harus menderita puluhan jam. Bahkan dalam usia beberapa bulan, aku harus menerima berbagai tusukan jarum di tubuhku. Pernah saat itu Mami dan Papi tertidur saat menjagaku, dan dari kepalaku sudah mengalir darah segar karena infus yang lupa diganti.
Dalam usia sangat kecil, aku sudah berkali-kali masuk rumah sakit. Sedih rasanya aku, kenapa aku cuman bisa menyusahkan orang tuaku, punya anak sakit-sakitan. Tapi mereka selalu menyayangi aku, menerimaku apa adanya.

Kenapa mereka cuman punya aku? bukan karena Mami terlalu takut untuk merasakan hamil dan proses melahirkan yang menyakitkan, tapi karena Tuhan tidak memberinya. Mami tidak bisa lagi mengandung setelah aku lahir.

to be continued,,,

0 comments: